Etis, Teknis: Pendekatan Kegiatan Alam Bebas Mutakhir.
Etis, Teknis: Pendekatan Kegiatan Alam Bebas Mutakhir.
Suatu kehormatan, bisa sharing bersama kang Bongkeng, kang Tedi Ixdiana dkk lain dalam acara #festival1000petualang yang diselenggarakan HIPADRI di Gunung Puntang 10/11/19.
Di bawah bulan purnama, di antara para penggiat alam bebas yang mengitari api unggun, suasana malam minggu kali ini terasa lebih hangat dan khidmat.
Terlebih, sambil mendengar cerita dari pengalaman panjang kedua tokoh pengiat alam bebas ini.
Memaknai cerita dari pengalaman panjang kang Bongkeng, dan kang Tedi Ixdiana, kemudian memaknai kiprah serta padangan keduanya terkait kegiatan alam bebas mutakhir, kurang lebih, persoalan pengiat alam bebas di era saat ini berkutat pada persoalan etis dan teknis.
Etis: kawasan dan sikap respek terhadap alam.
Pasca semakin inklusif atau semakin populernya kegiatan alam bebas, terutama dunia pendaki gunung, seolah batasan mana tempat yang boleh dan tidak boleh dikunjungi semakin hilang.
Tidak hanya itu, persoalan terkait etika juga menyentuh perihal penghargaan para penggiat/pendaki gunung terhadap alam, di mana dalam konteks tertentu seolah mengobjektivikasi alam hanya sekadar tempat (bermain/keindahan) saja.
Sehingga, mengunjungi hutan, gunung, dan alam pada umumnya seolah hanya sekadar pindah aktivitas dari kota/rumah ke alam saja.
Karena itu, jika "membuang sampah sembarangan" adalah kebiasaan di rumah atau di kota, maka hal itu pula yang dilakukan di alam.
Celakanya kebiasaan-kebiasaan lain yang mungkin 'biasa' dilakukan di kota dan rumah, tetapi tabu dilakukan di alam, akhirnya dilanggar dan dilakukan di gunung-gunung dan hutan, dampaknya, nilai-nilai "sakral" gunung dan hutan semakin terkikis dan hilang.
Hal ini terjadi karena tidak diterapkannya nilai-nilai respek (etika) terhadap atau di alam, padahal alam harus diperlakukan sebagai subjek di luar manusia yang juga memiliki HAK.
Dalam batas dan konteks tertentu, #sadarkawasan adalah salah satu upaya dalam menjawab persoalan etika dalam konteks kegiatan alam bebas masa kini.
Teknis: dari skill hingga gear
Persoalan lain yang juga kerap ditemui dari masalah-masalah yang berkembang hari ini terkait alam bebas adalah persoalan pengetahuan/kemampuan teknis "hidup" di alam bebas.
Beberapa kejadian kecelakaan di alam bebas (meski tidak untuk digeneralisasi) umumnya terjadi akibat faktor subjektif, lebih spesifik lagi pada persoalan minimnya pengalaman dan kemampuan menguasai ilmu "hidup" di alam bebas, serta aplikasi penggunaan perlengkapan "wajib" kegiatan alam bebas.
Tentu saja kecelakaan bisa terjadi pada siapa saja, tetapi jika dikaitkan pada kasus-kasus terbaru yang melibatkan "korban awam", lagi-lagi, persoalan ini tidak bisa dipisahkan dari semakin inklusif atau menjamurnya kegiatan alam bebas --atau sebut saja mendaki gunung-- di mana masyarakat awam sekali pun hari ini bisa dengan 'mudah' beraktivitas.
Sebagaimana kita ketahui saat ini, mendaki gunung dan kegiatan alam bebas lainnya sudah tidak lagi identik dengan kelompok tertentu yang umumnya mewajibkan anggota kelompoknya untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan khusus.
Kali ini, semua orang 'bisa' menjadi pendaki gunung atau petualang, dan memang itu hak semua orang.
Persoalannya, peningkatan kuantitas kegiatan alam bebas tidak dibarengi dengan meningkatnya edukasi perihal teknis kegiatan alam bebas.
sehingga, #edukasialambebas #pelatihanalambebas dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mampu mengisi ruang kosong tersebut adalah hal yang perlu ditingkatkan dalam konteks mutakhir.
Sebagaimana kita ketahui saat ini, mendaki gunung dan kegiatan alam bebas lainnya sudah tidak lagi identik dengan kelompok tertentu yang umumnya mewajibkan anggota kelompoknya untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan khusus.
Kali ini, semua orang 'bisa' menjadi pendaki gunung atau petualang, dan memang itu hak semua orang.
Persoalannya, peningkatan kuantitas kegiatan alam bebas tidak dibarengi dengan meningkatnya edukasi perihal teknis kegiatan alam bebas.
sehingga, #edukasialambebas #pelatihanalambebas dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mampu mengisi ruang kosong tersebut adalah hal yang perlu ditingkatkan dalam konteks mutakhir.
Idealnya pendidikan dan pelatihan khusus bisa menjadi "syarat" mutlak kegiatan alam bebas, atau paling tidak kegiatan edukasi rutin komunitas yang dalam setiap kegiatannya selalu dilengkapi dengan pengetahuan dan pelatihan teknis (khusus) kemampuan "hidup" di alam bebas.
Beruntung, dalam banyak kesempatan komunitas dan KPA di Bandung Raya, kegiatan semacam itu relatif sudah dan terus dilaksanakan.
Pada sesi terakhir diskusi, bisa ditangkap bahwa baik kang Tedi Ixdiana maupun kang Bongkeng, keduanya tengah berusaha menjawab tantangan zaman di era mutakhir yang melibatkan para penggiat alam bebas.
30-an tahun yang lalu kang Tedi bisa jadi lebih "heroik" dengan capaian dan torehannya terkait pembukaan jalur-jalur pemanjatan, tetapi dalam konteks mutakhir, ia --mewakili eksistensi penggiat-- lebih membumi dengan program 1000 jembatannya yang lebih dapat "dirasakan" masyarakat.
Hal yang sama juga terasa pada kang Bongkeng, di mana bisa jadi pada era sebelum tahun 2000-an; menembus rimba belantara dengan mengusung konsepsi ekspedisi bisa sangat menggairahkan dirinya, tetapi dalam konteks mutakhir, eksistensi dirinya secara personal terasa lebih "ada" ketika lebih banyak mengajak pendaki milenial dalam belajar bersama mengenal dan mengajarkan teknik hidup di alam bebas serta memberikan contoh #respek perihal bagaimana etika atau sikap kita dalam memperlakukan alam.
demikianlah sederet contoh apa yang kedua-nya lakukan dalam mengisi "kekosongan" yang kesempatan itu penting untuk diambil perannya oleh para penggiat alam bebas, pendaki gunung, dan pencinta alam.
30-an tahun yang lalu kang Tedi bisa jadi lebih "heroik" dengan capaian dan torehannya terkait pembukaan jalur-jalur pemanjatan, tetapi dalam konteks mutakhir, ia --mewakili eksistensi penggiat-- lebih membumi dengan program 1000 jembatannya yang lebih dapat "dirasakan" masyarakat.
Hal yang sama juga terasa pada kang Bongkeng, di mana bisa jadi pada era sebelum tahun 2000-an; menembus rimba belantara dengan mengusung konsepsi ekspedisi bisa sangat menggairahkan dirinya, tetapi dalam konteks mutakhir, eksistensi dirinya secara personal terasa lebih "ada" ketika lebih banyak mengajak pendaki milenial dalam belajar bersama mengenal dan mengajarkan teknik hidup di alam bebas serta memberikan contoh #respek perihal bagaimana etika atau sikap kita dalam memperlakukan alam.
demikianlah sederet contoh apa yang kedua-nya lakukan dalam mengisi "kekosongan" yang kesempatan itu penting untuk diambil perannya oleh para penggiat alam bebas, pendaki gunung, dan pencinta alam.
Apa yang dilakukan kedua tokoh pengiat alam bebas ini adalah fase filosofis dari para pendaki gunung, yaitu; mengamalkan apa yang ditemukan dari proses "pencarian" selama bertualang.
Semoga selalu menjadi para pengamal yang baik, dan sebaik-baiknya mengamalkan adalah dengan penuh keikhlasan.
Semoga kita dapat mengikuti jejak mereka, manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Aamiin.
Semoga selalu menjadi para pengamal yang baik, dan sebaik-baiknya mengamalkan adalah dengan penuh keikhlasan.
Semoga kita dapat mengikuti jejak mereka, manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Aamiin.
Comments
Post a Comment